Saturday, January 21, 2012

Semboyan Kebersamaankah?

Selamat malam para pembaca setia Mix and Mate.
Bagaimana malam minggu kalian?
Buat yg masih single pasti lagi menikmati kesendiriannya bersama teman-teman senasib sepenanggungan atau lagi bergalau-galau ria di kamar masing-masing. Yg lagi LDR a.k.a Long Distance Relationship, mungkin harus puas hanya dengan ngobrol lewat SMS ataupun telefon. Yah, biar lebih menarik ngbrolnya boleh sedikit manja-manja cayang-cayangan cup-cup muah-muah minta dipeyuk (jijaiii!). Dan buat yg udah punya gebetan, pasti lagi pada apel nih di rumah do'i ataupun hang-out di tempat yg romantis dan ekonomis (ketahuan deh bokeknya). Dimanapun itu, ingat pesan kakek ya (nenek lagi arisan); jangan dua-duaan sendirian.

Posting kali ini nggak akan panjang-panjang karena hanya sekedar "news".
Di sini gw akan membahas tentang semboyan yg nggak asing lagi di telinga kita yg jarang dibersihkan ini;
"Semua untuk satu, satu untuk semua"

Nah, semboyan yg terkenal sering diucapkan oleh 3 sekawan ahli teknik pedang anggar dari Paris ini (The Three Musketeers) dikenal dengan semboyan yg mencerminkan kebersamaan diantara teman. Memang harus gw akui semboyan itu sangat singkat, tapi memiliki arti yg dalam. Setidaknya itu dulu...

Lho kok? Begitu Kenapa?
Iya, baru-baru ini gw menyadari bahwa terjadi perubahan arti di sini. Entah itu karena cuaca yg belakangan cukup ekstrem, karena pergeseran lempeng tektonik, atau karena negara api yg menyerang (ada gitu hubungannya?). Apapun itu, gw mulai merasakan ada yg tidak beres dalam penerapan semboyan ini.

Dulu semboyan ini seperti yg gw bilang tadi melambangkan kebersamaan diantara teman maupun keluarga. Tapi sekarang menurut gw semboyan ini kerap dipakai oleh orang-orang yg cukup serakah, maruk, ataupun egois. Betul begitu Aa'?

Sekedar contoh nih, kayak di serial kartun Spongebob (ketauan banget masih suka nonton) waktu Mr.Krab rebutan harta karun Flying Dutchman sama Spongebob & Patrick. Mr.Krab di situ pake kata-kata "semua untuk satu" sebagai alibi (Presiden ke-3 Indonesia) untuk ngambil semua harta karunnya. Emang sih contohnya kurang realistis kayak wajah gw yg nggak realistis. Tapi percaya deh, banyak juga orang-orang kayak gitu di dunia persilatan ini.

Jadi sebenarnya menurut gw hal ini bisa terjadi karena banyak orang yg memisahkan semboyan yg seharusnya satu kesatuan ini menjadi 2 bagian; "Semua untuk satu" dan "Satu untuk semua". Yg bagian "Satu untuk semua" sih nggak ada masalah. Ini masih bisa diartikan sebagai sebuah kebersamaan. Misalnya kalian lagi laper tapi kantong lagi tipis, sokongan aja, beli nasi bungkus 1 terus dimakan rame-rame. Cocok kan sama kata-kata "satu untuk semua"?


(Alexander Dumas)
Yah, lagi-lagi masalahnya terletak pada kalimat pertama; "Semua untuk satu". Sebenarnya kalo bisa sih gw pengen ngerubah ni semboyan jadi "Satu untuk semua, semua untuk dibagi rata". Tapi kayaknya jelek banget ya? Atau gini; "Satu untuk semua, semua untuk Rafif". Nah, ini lebih berseni. Hehehee... Tapi apa daya, penulis asli novel The Three Musketeers, Alexandre Dumas sudah menghadap Yg Maha Kuasa jadi kayaknya hampir mustahil buat gw.

So, di sini gw cuma mau memberi ultimatum (widih, udah kayak penjajah aja) kepada para pemirsa untuk tidak memisahkan semboyan ini menjadi dua bagian seperti yg gw bilang tadi. Karena memang keduanya saling melengkapi, bukan untuk dipisahkan. Seperti gw dan tahi lalat gw yg sexy abis ini (najis!).



Salam olah kata.
Jangan beli kaset bajakan
--fin

No comments:

Post a Comment