Tuesday, February 21, 2012

Di Balik Sebuah Pintu Kamar Mandi

Beberapa hari ini gue iseng-iseng liat catatan daftar cerita yg rencananya nanti akan gue jadiin posting di blog ini. Gue liat lagi daftarnya dari awal sampai akhir. Dan setelah gue cermati secara seksama dengan menggunakan mikroskop, ternyata gue menemukan satu fakta penting; Tulisan gue gak bisa dibaca!

Hehehe...gak kok. Fakta yg gue temukan, ternyata 7 dari 20 atau sekitar 35% cerita gue diangkat dari kebodohan yg gue buat bersama para personil GBA. Dan akhirnya gue sadar bahwa bergabung di GBA merupakan keputusan tepat untuk menyalurkan bakat gue dalam hal berbuat bodoh.

Salah satu kisah yg gak akan pernah gue lupa adalah perjuangan kami para GBA Boys dalam rangka menghadiri acara ulang tahun salah satu anggota GBA itu sendiri yaitu, Maria Putri Rizkita atau yg sering kami juluki dengan bocah kencur a.k.a "bocur".

Siang itu tanggal 15 Mei 2010 tahun kodok bunting di kelas XI IPA C, salah seorang anggota kelas sekaligus salah satu anggota GBA, Maria, tiba-tiba menghapiri kami dengan ekspresi kekanak-kanakan yg sama sekali gak matching sama seragamnya dan berkalimat (kalo berkata terlalu sedikit),

"Eh dateng ya ke ulang tahun akyuu malam nanti jam 7.30 di rumah kyuu."*
*dialog di atas diberi majas hyperbola
untuk memberi kesan unyu

Intinya, kami semua anggota GBA plus personil XI IPA C diundang ke ulang tahun Si Bocur ini. Yah tapi soal ulang tahun itu urusan nanti. Buat kami gak jadi masalah mau ada perayaan ultah atau tidak. Tapi di XI IPA C ada sebuah peraturan kejam bagi yg ulang tahun; Traktir atau Mati!

Tapi tenang, pada prakteknya tidak sekejam itu. Kalo orang sering bilang praktek tak seindah teori, di sini gue harus bilang teori tidak seindah praktek. Peraturan yg kami buat memang terlihat kejam. Seolah anggota yg ulang tahun dan tidak mentraktir kami akan didiikat di tiang bendera dan dicabutin bulu kakinya sampai mati. Kalau tidak punya bulu kaki, bulu tangan juga boleh. Kalau masih tidak punya, bulu ketek tidak masalah. Masih tidak ada juga? Bulu-bulu yg lain juga boleh deh. Gak ada juga? Astagaa.. manusia bukan sih? Langsung potong lehernya deh!

Itu mungkin yg ada di benak kalian, walaupun gue kira gak sedramatis itu. Tapi kata "mati" di sini berarti "telur". Lho? Iya, to the point aja deh; kalo yg ultah gak mau traktir pada saat itu juga, maka jangan salahkan kami jika yg bersangkutan pulang sebagai adonan kue. Telur dan tepung jadi 2 benda wajib yg akan melayang ke kepala si korban.

Hal yg sama juga berlaku untuk Maria. Merasa sudah aman karena akan mengadakan acara ulang tahun malam nanti, Si Bocur ini pulang melewati lapangan basket dengan wajah tanpa dosa dan tidak menyadari 3 butir telur sudah kami siapkan spesial untuk rambutnya yg kruwel-kruwel gak jelas itu

Jhon (GBA): *menghampiri Maria* Mar, met ultah ya
Maria : *curiga sembari menjauh* Jhon, jangan main ceplok-ceplokan telor deh
Jhon: Gak kok, mau ngucapin selamat aja gak boleh
Maria : *gak curiga lagi lalu mendekat* Iya deh...
#PRAAAAKKK!!!
#GOOOLLLL!!!

Satu telur menetas secara paksa di kepala Si Bocur. Dan tak bisa dibendung lagi 2 telur lain yg sudah kami siapkan juga dipaksa menetas di kepalanya. Tapi semua berubah saat... (eits, bukan saat Negara Api menyerang lho!)

"HHUUUUAAAAA!!!"

Tanpa kami duga sebelumnya, tiba-tiba saja Maria menangis sejadi-jadinya. Tangisannya itu mirip sekali dengan bayi labil. Kalo kalian sebelumnya belum pernah lihat bayi labil, maka Maria ini lah contoh konkritnya. Dan melihat Maria menangis semakin membuktikan fakta bahwa secantik apapun seorang wanita, kalo udah nangis, jangan harap ada kata cantik lagi yg akan terucap. #SokPuitis


"Kepala aku berdarah nih kena telooorrr... HHUUUUAAA!!!"

Ya ampuunn...dari mana asalnya coba kepala bisa berdarah cuma karena diceplok telur? Kalo emang bisa, mungkin udah dari dulu telur dijadiin senjata tawuran menggantikan batu. Dan mungkin waktu kita mau bikin telur dadar, mecahinnya harus dibanting dari lantai 30 dulu. Ini nih kenapa gue dan anggota GBA lain menjuluki Maria, bocur. Cara berfikir dan tingkahnya waktu itu bisa disetarakan sama adik gue yg masih kelas 2 SD. Yah, tapi mungkin berkat keunikan itulah dia bisa betah di GBA. The art of GBA.

Merasa bersalah atas insiden "berdarah" itu, kami GBA Boys bertekad memberi sesuatu yg spesial di acara malam nanti. Dan setelah melalui rapat yg panjang nan melelahkan, akhirnya kami putuskan untuk memberi Maria kado sebuah bonekayg cukup besar, Boneka Lumba-Lumba.


Dua insiden konyol kembali menyertai kami sebelum tiba di kediaman Maria:
Yg pertama sih menurut gue gak seberapa konyol. Insiden saat kami menemukan kotak kardus yg cukup besar untuk menampung boneka lumba-lumba yg sudah dibeli. Ternyata saking lamanya tu kardus disimpan di gudang, saat kami keluarkan para penghuni seniornya (baca: kecoa) pada kalang kabut. Cukup mengerikan buat gue mengingat gue seorang Entomophobia atau Insectophobia (phobia terhadap serangga), terutama pada serangga-serangga terbang seukuran kecoa. Untungnya gue berhasil menahan diri untuk teriak, kalo tidak bisa-bisa dikira tetangga ada banci kejepit pintu.

Insiden kedua saat kami berkumpul di rumah Tommy, salah satu anggota GBA, sebelum pergi ke acara ulang tahun Maria. Akhmad, salah satu personil maho kami setelah pasangan "Double.D" (Ditto & Dimas), memutuskan untuk mandi di rumah (tepatnya di kamar) Tommy pada waktu itu. Berhubung pintu kamar mandi di kamar Tommy tidak bisa dikunci dan hanya ditutup ala kadarnya, muncullah ide biadab dari otak kami semua. #MunculTanduk

"Satu..dua..tiigaa!"
BRAKKK!!!

Tidak kurang dari 3 kaki bertenaga kuda menerjang pintu kamar mandi, dimana Akhmad sedang syahdu menggosok badan di dalamnya. Dan...WOW! Seksi book! Hahahaa... Refleks si Akhmad pun mencoba menutupi "harga diri" nya.

Sebuah insiden yg cukup mengundang tawa pada saat itu.
Yah, tapi terlepas dari semua insiden yg ada, acara malam itu berlangsung cukup meriah walaupun hujan sempat mengguyur Kota Palembang. Well, tentunya kado dari kami cukup mengundang sensasi berkat ukuran kotaknya yg cukup besar udah kayak bawa selusin bom siap ledak.

Dan malam itu pun gue dan 1/2 dari GBA Boys memutuskan untuk menginap di rumah Tommy. Acara menginap malam itu diisi dan ditutup dengan suara-suara kentut nan merdu dari kami semua beserta aromanya yg menurut gue cocok sekali dijadikan senjata pemusnah massal. The Art of GBA.

Selamatkan anak bangsa dari bahaya Narkoba
--fin

No comments:

Post a Comment