Wednesday, March 7, 2012

Me and Another Me

Guru gue pernah bilang, "Sebuah hubungan itu menyatukan dua hal yg benar-benar berbeda.". Dan menurut gue hal itu memang benar adanya. Karena berdasarkan sebuah prinsip yg gue pegang, bahwa dua hal yg terlihat berbeda dan berlawanan itu sebenarnya dekat sekali, hanya dibatasi oleh sebuah pembatas yg gak lebih tebal dari sehelai tisu toilet. Dan sebuah hubungan itu bisa kita ibaratkan sebagai "penghancur" batasan antara dua hal tersebut.

Kenapa gue bilang begitu? Karena akhir-akhir ini gue sering memikirkan tentang tingkah laku dan sifat bokap sama nyokap. Ternyata kalau diperhatikan lagi keduanya punya sifat-sifat yg berlawanan dan jumlahnya pun gak bisa dibilang sedikit. Gue mikirin sifat mereka pun ada alasannya. Akhir-akhir ini gue sering ngerasa ada semacam "perang" sifat dalam diri gue.

Misalnya nih soal emosi. Gue sebenarnya bukan tipe orang yg penyabar bahkan mungkin sedikit emosional. Tapi entah kenapa saat gue merasa ingin meledak amarahnya, ada bagian diri gue yg selalu nyuruh untuk sabar dan tahan supaya gak marah. Seolah saat gue akan marah, selalu ada bisikan "Rafiiif...sabar, sabar. Sudah makan dulu sana, ada mie ayam spesial."

Dalam beberapa hal gue bisa untuk jadi orang yg benar-benar sabar. Tapi dalam beberapa hal pula, gue juga bisa jadi sangat emosional. Dan hal itu gue sadari diwariskan dari bokap gue yg cukup emosional dan nyokap gue yg sabarnya minta ampun.

Sebuah fakta yg baru-baru ini gue sadari adalah ketika sehabis marah dengan seseorang, selalu ada rasa penyesalan dalam diri gue. Setelah marah gue pasti berpikir; "kenapa gue harus marah? Mereka yg gue marah pasti merasa sedih, takut, kecewa, dan perasaan tidak mengenakkan lainnya. Kenapa gue gak lebih sabar dan bilang secara halus? Kenapa gak langsung gue lempar aja tu orang ke jurang? (yg ini bercanda)" Pikiran-pikiran semacam itu bisa dipastikan selalu muncul sehabis gue marah.

Mau contoh lain? Boleh... Kalian tahu kalau gue punya tahi lalat di atas bibir? Orang bilang punya tahi lalat di bagian itu menandakan seseorang yg punya sifat talkaktive atau bahasa manusianya, cerewet. Gue gak ngebantah kalau tahi lalat di atas bibir ini menandakan gue cerewet, tapi gue juga gak setuju kalau kalian bilang gitu. Lho, jadi? Jadi, dalam beberapa hal gue ini emang orang yg cerewet tapi gue juga bisa jadi pendiem kayak orang yg lagi mati-matian nahan kentut.

Saat jadi orang yg cerewet, proses yg terjadi dalam diri gue adalah 3D: Dilihat, Dicerna, dan Diucapkan. Gue lihat suatu hal, gue cerna dan analisa di otak, dan langsung gue utarakan ke yg bersangkutan. Kenapa gue utarakan? Karena yg bersangkutan ada di utara gue, kalau di barat maka akan gue baratkan. Dan gue memperhatikan semua hal di sekitar gue dari yg paling kecil sekalipun. Hampir semua hal gue pikirkan dan hampir semua hal selalu gue komentari. Jadi di situlah letak cerewetnya gue. Dan saat jadi orang yg pendiam, proses yg terjadi dalam diri gue masih 3D namun 3D yg berbeda: Dilihat, Dicerna, dan Disimpan. Gue lihat suatu hal, gue cerna dan analisa di otak, dan cukup gue simpan dalam hati.

Pada dasarnya kedua hal itu dikarenakan otak gue yg selalu aktif memperhatikan sekeliling. Hanya saja saat jadi cerewet, mulut gue ikut aktif di sini. Dua sifat yg berlawanan ini juga gue dapat dari bokap dan nyokap gue. Nyokap orangnya tergolong cerewet dan bokap gue tergolong orang yg pendiam.

Nyokap : "Peepp! Itu bajunya dimasukin ke lemari!"
Gue : "Iya buuukk.."
Nyokap : "Peepp! Itu motornya masukin ke dalem!"
Gue : "Iya buuukk.."
Nyokap : "Peepp! Kamu juga cepet masuk ke kandang!"
Gue : *nangis di bawah shower

Dua hal di atas adalah yg paling sering gue rasakan. Contoh lain gue ini bisa jadi orang yg sangat perhatian tapi bisa juga jadi orang yg cuek mampus sama orang lain. Ini juga gue dapet dari bokap yg cuek dan nyokap yg punya sifat perhatian.


Semua hal ini cukup merepotkan gue sih, jadi suka bingung sendiri. Tapi overall gue bersyukur, karena dengan ini gue jadi orang yg fleksibel, bisa menyesuaikan dengan tingkah laku pasangan, teman, dan lingkungan. Sebuah anugerah yg mungkin gak semua orang dapatkan. Terimakasih Ya Allah, Engkau masih memberi hambaMu ini kelebihan di tengah kebodohan tingkah hamba. Hehehe..

Kalian tahu? Karena gue tempe. Hehehe..
Maksud gue kalian tahu, dunia ini indah karena ada banyak perbedaan di dalamnya. Pelangi itu indah karena ada banyak warna di dalamnya. Dan gado-gado itu enak karena ada banyak sayuran di dalamnya. Betul kan temen gue yg nyari gado-gado di Mall? Hahaha..





Kesimpulan: Gue bingung mau bikin kesimpulan apa, jadi mari kita goyang saja. Jari dan jempol tangan di goyaaangg...! #kumat

Buanglah sampah pada tempatnya
--fin

Tuesday, March 6, 2012

Kisah Cinta Puskesmas Berdarah

Satu lagi cerita yg diangkat dari kisah nyata para personil GBA. Kali ini gue akan bercerita tentang kisah cinta salah satu personil kami John Adrianta Barus a.k.a Jin dari GBA. Kami sebut Jin karena John ini punya kemampuan menghilang dalam kegelapan malam. Saat lampu menyala, maka dia akan terlihat (tidak) jelas. Dan saat lampu mati, John akan terlihat semakin (tidak) jelas.

Kisah ini terjadi tanggal 17 November 2010, sore hari sekitar pukul 16.15 saat kami duduk di kelas 3 SMA. Salah satu personil kami, Akhmad, saat itu masih bertempat tinggal di Kabupaten Sembawa tepatnya Km.24 Palembang. Jarak yg cukup jauh harus ditempuh setiap hari untuk pulang-pergi ke SMA kami yg berada di Km.3,5. Mendaki gunung lewati lembah, jalan membentang indah ke SMANTA, bersama angkot bertualaaang... (irama OST Ninja Hatori)

Jadi apa hubungan kisah cinta John dengan tempat tinggal Akhmad yg ada di Sembawa? Bukan hubungan gelap tentunya. Nah hari itu sekolah kami sedang libur (gue lupa dalam rangka apa) jadi kami semua personil GBA memutuskan untuk bertualang ke Km.24, Sembawa, sembari silaturahmi ke rumah Akhmad.

Perjalanan ditempuh dengan menggunakan 5 helai motor yg ditumpangi oleh 8 onggok daging hidup anggota GBA; gue, Revans, John, Wawan, Fajar, Halima, Ade, plus Si Gendut, eh maksud gue Windy (lihat gambar dari kiri). Sejauh 20,5 kilometer ke arah Barat Daya dengan ketinggian 0,5 meter di atas permukaan aspal (diukur dari knalpot kami) dan dalam waktu kurang dari 2 jam. Sebuah perjalanan yg sangat melelahkan dan sangat cukup membuat pantat kami kram dan ngebul keluar asap hitam.

Begitu landing di Sembawa, tentu tempat pertama yg kami tuju adalah Bandara Soekarno-Hatta (?), maksud gue Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, eh maksud gue rumah Akhmad. Gak ada yg spesial sih yg kami lakukan di sana. Paling cuma foto bareng bersama "Sapi" Sembawa yg gemuk-gemuk, selebihnya biasa saja. Kalian tahu kan arti kata spesial bagi GBA? Spesial itu ketika kita makan mie pake telur sambil bungee jump dari Jembatan Ampera. Jadi kalau tidak ada kegiatan seaneh dan segila itu maka kami anggap biasa-biasa saja.


Nah, kisah cinta pertemuan John dengan pujaan hatinya dimulai saat kami dalam perjalanan pulang. Masih dengan ketinggian 0,5 meter di atas permukaan aspal karena gak mungkin knalpot kami geser ke atas atau ke bawah.

Kami tiba di Km.18 dengan peringkat pertama ditempati oleh Fajar dan Windy dengan Motor Suzuki Thunder nya diikuti oleh Wawan dengan Honda Supra Fit nya, ditempat ke-3 ada John dan Halima dengan Honda Vario nya, tepat di belakangnya ada gue dengan Yamaha Vixion dan di tempat terakhir ada Revans dan Ade dengan Honda Supra X 125 nya.


Tepat di depan John ada sebuah motor yg dikendarai oleh seorang ABG cewek (sebut saja Ayu) yg menurut gue masih SMP dalam posisi akan menyebrang jalan. Keliatannya tu anak baru belajar naik motor, karena waktu nyebrang keliatan banget mukanya galau. Saat itu John sudah memberi aba-aba agar Ayu langsung nyebrang karena posisi jalan memang kosong. Tapi entah karena takut liat wajah John atau malah terpesona ngeliat ketampanannya, si Ayu yg waktu itu ngebonceng temannya ini malah diam terpaku di tengah jalan. Berusaha agar gak menabrak, John  banting setir dan melewati sisi jalan satunya. Namun si Ayu ini tiba-tiba malah nyebrang, dan.....

"Tintiiiinnnn....!!!"
#JEGERRR

Tabrakan penuh cinta pun tidak dapat dihindari. Kalau kalian bingung lihat saja ilustrasi lebay di samping.
Gue yg saat itu tepat berada di belakang John sontak saja langsung berhenti dan langsung lari ke tempat John beserta Halima terkapar untuk melihat keadaan mereka.

Gue : "John!"
John : "Rapep!"
Gue : "Kamu kemana? Nelpon gak pernah, SMS gak pernah!"
John : "Aku kecelakaan bego!"
#KorbanIklan

Revans, Ade, beserta Wawan yg saat itu berada tidak jauh dari gue juga ikut berhenti. Untungnya keadaan John baik-baik saja dan yg lebih untung adalah Halima yg saat itu dalam posisi tanpa helm juga tidak mengalami luka parah selain kakinya yg tergores cukup panjang.

Masalah justru datang dari Ayu (temannya secara ajaib baik-baik saja), punggung telapak kakinya terluka sangat parah sampai mengeluarkan darah cukup banyak. Mau gak mau kami harus membawanya ke puskesmas terdekat. Di situ Fajar dan Windy yg tadi sudah berada jauh di depan kembali lagi karena menyadari kami gak lagi mengikuti mereka.

Terlalu panjang ceritanya kalo mau gue jabarin apa yg terjadi di puskesmas. Intinya di situ kami nanggung semua biaya pengobatan Ayu. Yg gue heran adalah waktu itu cuma 1 orang yg luka, yg diobati di puskesmas, kalo yg dateng keluarganya sih wajar sekitar 3-5 orang. Tapi waktu itu 1 RT dateng semua ke puskesmas! Suwer disamber Katie Holmes, kami cemas setengah mampus waktu itu. Di kelilingi warga dengan ekspresi orang yg udah 7 hari sembelit dan tatapan yg seakan menatap pencuri pakaian dalam, sebisa mungkin gue dan temen-temen gue pengen cepat-cepat cabut dari situ.

Dan semua urusan pun selesai sekitar pukul 18.40. Kami kembali ke rumah masing-masing dengan selamat. Hanya satu yg gak selamat, uang kami...habis buat bayar biaya pengobatan puskesmas! #GarukDinding

Yah... mau gimana juga kami tetap bersyukur urusannya bisa selesai tanpa berujung ke hal-hal yg tidak diinginkan. Nah, jadi dimana letak kisah cinta John? Jawabnya: TIDAK ADA! Hahahaa... Itu hanya gurauan kami saja. Karena waktu itu John 99% bertanggung jawab atas apa yg telah dia lakukan kepada Ayu. Di mata kami jadi seperti ini:

Ayu : "Jhon! Kamu harus tanggung jawab!"
John: "Iya Ayu, aku pasti tanggung jawab Yu"
Ayu : "Nikahi aku John!"
John: *epilepsi

Jadi benar-benar kisah yg romantis, sadis, dan tragis juga bombastis di mata kami para anggota GBA yg waktu itu menjadi saksi pertemuan John dengan Ayu. Well, kalo di sinetron orang serempetan aja bisa jatuh cinta lalu pacaran, gimana dengan yg tabrakan sampe separah itu? Gue rasa pasti langsung nikah deh.

Kesimpulan: Jika kalian masih jomblo dan ingin segera punya pacar, pergilah ke Sembawa Km.24 Palembang, lalu saat pulang usahakan nabrak cewek cantik yg kalian inginkan dan sesuaikan dengan kendaraan kalian. Menabrak cewek dalam truk saat mengendarai motor bisa berakibat rawat inap di Kamar Mayat.

Mari hijaukan Bumi ini
--vous voyez

Saturday, March 3, 2012

Putra-Putri SMANTA: My Era

Beberapa hari yg lalu gue lagi-lagi berkunjung ke SMA gue dulu, SMANTA, dalam rangka kunjungan organisasi. Sebuah organisasi yg buat gue merupakan organisasi resmi yg paling banyak meninggalkan banyak cerita semasa gue SMA; Putra-Putri SMANTA


Putra-Putri SMANTA itu sendiri merupakan sebuah organisasi yg mewakili seluruh siswa SMANTA (SMA Negeri 03) Palembang dan dibagi dalam 8 aspek. Bingung? Sama, gue juga bingung. Hahahaa... Jadi sederhananya liat aja deh event semacam Abang-None Jakarta atau Bujang-Gadis Palembang, nah kalau untuk SMA gue namanya Putra-Putri SMANTA (untuk selanjutnya mari kita sebut dengan Pa-Pi SMANTA).

Di Pa-Pi SMANTA ada 8 gelar yg masing-masing diemban oleh 8 siswa dan 8 siswi sebagai putra dan putri dan disesuaikan dengan kepribadian mereka. Jadi di Pa-Pi SMANTA anggotanya selalu dan akan selalu 16 orang, tidak pernah kurang atau lebih selama Marwan masih pacaran sama Mawar (emang gak nyambung). Delapan gelar itu sendiri adalah sebagai berikut:
  1. Putra-Putri SMANTA (King & Queen)
  2. Putra-Putri Intelegensi
  3. Putra-Putri Berbakat
  4. Putra-Putri Best Performance
  5. Putra-Putri Kepribadian
  6. Putra-Putri Favorit
  7. Putra-Putri Persahabatan
  8. Putra-Putri Lingkungan Hidup
Nah, di sini gue sendiri menjabat sebagai Putra Persahabatan periode 2009-2010. Mungkin karena sesuai dengan kepribadian gue yg selalu tersenyum. Teman lewat senyum, guru lewat senyum, Kepala Sekolah lewat senyum, penjual nasi tempat biasa gue ngutang lewat.... pura-pura mati! Lagi sendirian pun gue suka senyum-senyum sendiri. #gila

Berkunjung dan melihat para calon-calon Pa-Pi SMANTA yg sedang dikarantina membuat gue bernostalgia, kembali ke saat gue masih di posisi mereka, saat gue masih duduk dibangku kelas 1 SMA, culun, suka ngeces sana-sini waktu ngeliat duit, dan masih selalu dibuat bingung dengan pertanyaan: "Apa itu cinta?" #asseekk


Pemilihan Pa-Pi SMANTA dari tahun ke tahun terdiri dari 2 tahap tes; Tes Tertulis dan Tes Wawancara. Sebenarnya gue mau usul supaya di tambah dengan Tes Kesehatan dan Psikotes supaya nanti yg lulus sekalian dapet NIP (Nomor Induk Pegawai) dan diangkat jadi PNS. Tp gue sadar itu gak segampang kayak di iklan Pepsodent White Now. Tinggal sikat gigi pake Pepsodent White Now terus cengar-cengir di depan Kepala Sekolah nunjukin gigi yg tampak lebih putih seketika. Boro-boro usul gue dikabulin yg ada malah gue disangka gak waras.

Tes Tertulis gue gak seberapa mengesankan sih. Gue inget waktu itu ada pertanyaan tentang siapa nama keturan Mahatma Gandhi yg....entahlah, pokoknya yg terkenal deh. Nah, boro-boro nginget nama keturunan Mahatma Gandhi yg bahkan gue gak pernah kenal atau say hallo sama dia, nama nenek gue aja masih sering lupa. Jadi di sini gue jawab pakai cara logika-orang-bodoh. Gue mengira-ngira kalau nama keturunan Mahatma Gandhi itu pasti memiliki nama "Gandhi" juga di belakang nama kecilnya. So, gue jawab; ".... Gandhi". Minimal kalau poin tu soal 10, gue masih dapet 5 kan?

Entah karena jawaban keren itu atau karena apa, gue bisa lulus ke Tes Wawancara. Di sini kami diwawancara sama guru bahasa indonesia, guru kesenian, guru bahasa inggris, dan guru bimbingan konseling. Cukup lancar walaupun gue agak sotoy waktu di tanya soal berita hot yg ada di koran dan agak mengerikan juga waktu denger gue nyanyi waktu itu.

Penguji : "Sering baca koran?"
Gue : "Lumayan Bu"
Penguji : "Biasanya bagian berita apa yg sering kamu baca di koran?"
Gue : "Bagian resep masakan Bu"
Penguji : (mulai ragu sama orientasi seksual gue) "Hmm.. suka masak?"
Gue : "Ah, gak juga kok Bu"
Penguji : "Jadi kenapa?"
Gue : "Suka aja Bu liat gambarnya. Keliatan enak-enak"

Yg jelas lagi-lagi di sini gue lulus dan resmi jadi 16 finalis Pa-Pi SMANTA untuk periode 2009-2010. Di masa karantina gue belajar banyak hal soal Public Speaking, soal gimana jalan di atas panggung, soal olah vokal (walaupun mau diolah gimana juga suara gue tetep ancur), dan tentunya tentang apa itu arti sebuah kebersamaan.

Setelah lebih kurang 10 hari dikarantina akhirnya tiba juga hari dimana kami akan show di atas panggung. Satu-persatu peserta dipanggil dan diberi pertanyaan dari seorang juri yg dipilih secara acak. Dan tiba giliran gue

MC 1 : "Peserta berikutnya berasal dari kelas X.G"
MC 2 : "Eh, denger-denger peserta ini jago lho di seni bela diri Tae Kwon Do"
Gue : (tepok jidat)

Gue emang pernah mendalami bela diri Tae Kwon Do ini, tapi firasat gue gak enak kalo hal ini disebutkan di momen kayak gini. Dan benar saja, juri nyuruh gue untuk memperagakan gerakan Tae Kwon Do di atas panggung. Aduuhh... sekedar info, kebanyakan gerakan Tae Kwon Do itu dilakukan menggunakan kaki, dan kostum gue waktu itu kemeja + rompi dengan bawahan celana bahan + sepatu pantofel. Masa gue mau loncat-loncat gak karuan di atas panggung? Salah-salah celana gue bisa robek dan..... sudahlah, gue gak mau meneruskan demi kelangsungan hidup kalian.

Jadi sebisa mungkin gue ngeles dengan mengatakan, "Maaf, kostum saya sedang tidak memungkinkan untuk melakukannya, jadi mungkin lain kesempatan akan saya peragakan." atau "Maaf, pertanyaan yg Anda tuju sedang tidak aktif. Mohon coba kembali di lain kehidupan."
Tapi juri gak mau tau cuy, akhirnya terpaksa gue melakukan sedikit gerakan yg HANYA menggunakan tangan saja. Dan setiap gerakan gue selalu diikuti teriakan "Eaa! Eaa!" dari para penonton. Bela diri dengan sepatu pantofel itu kayak Afika yg seharusnya makan Oreo rasa jeruk malah makan racun tikus rasa jeruk.


Yah, untungnya hari itu pun cepat berlalu. Acara ditutup dengan penyerahan gelar yg mirip kayak proses ekstradisi di acara Penghuni Terakhir (walaupun gak lebay pake teriak-teriak). Dan di situ gue resmi menyandang gelar Putra Persahabatan 2009-2010.


Hari yg super melelahkan buat gue. Tapi overall, gue bersyukur banget bisa ngerasain pengalaman berharga ini. Bisa gue share sama junior-junior gue nanti, bisa gue ceritain ke anak-cucu gue, bahkan bisa gue jadiin film layar lebar yg bisa menembus Box Office Hollywood #lebay. Yg jelas gue bersyukur karena di sini gue bisa punya sebuah keluarga baru lagi, The Big Family of Putra-Putri SMANTA.

Kesimpulan: Sebelum melakukan gerakan bela diri, pastikan kalian tidak memakai pantofel ataupun celana bahan karena akan berakibat Afika salah makan Oreo (?)