Setelah 3 tahun gue duduk di bangku SMP, akhirnya tahun 2008 gue resmi lulus. Gue dan doi sama-sama keterima di SMAN 03 Palembang lewat jalur PMDK. Gue sendiri sebelumnya sempat ikut tes USM di SMAN (plus) 17 Palembang, tapi gak keterima. Hehehe.. Dasar emang jodoh, lagi-lagi gue 1 sekolah sama doi. Tapi gue yakin pasti nyesel deh gak nerima seorang M. Rafif Anwar yang cool dan kece ini waktu itu *kantong muntah please*.
Kalau dulu gue dan Eyi satu sekolah dan satu kelas di SMP, kali ini walaupun tetap satu SMA tapi kelas kami terpisah mulai dari tahun pertama sampai tahun terakhir. By the way, "Eyi" itu panggilan bekennya doi. Dicetuskan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan dipopulerkan oleh gue sendiri.
Walaupun kami terpisah kelas, tapi lagi-lagi ada saja suatu hal yang bikin gue dan Eyi sama-sama lagi. Kami, entah secara kebetulan atau tidak, berada di satu organisasi yang sama. Sebuah organisasi yang cukup sibuk semasa kami menjabat. Berkat itu, kami jadi sering ketemu walaupun gak satu kelas lagi.
Sekitar awal tahun ke-2, hubungan gue sama Eyi sempat berhenti. Iya, kami putus karena suatu hal. Yah, gue akui itu karena salah gue sih. Well, gue gak mau terlalu ngebahas hal itu tapi yang jelas kami sempat putus dalam waktu yang cukup lama. Sampai sekitar akhir tahun ke-2 gue di SMA itu, kami jadian lagi. Gak mudah memang membangun lagi apa yang sebelumnya sempat rusak. Masih ada konflik di sana-sini, internal dan bahkan eksternal. Yah, secara gue emang famous *hiyaat!* *dziingg!*.
Tapi pada akhirnya semua kembali tentram seperti sediakala. Seorang Rafif dan Leliana kembali lagi dengan pemikiran yang lebih dewasa dan komitmen yang lebih kuat dari sebelumnya. Dengan begitu, kami siap mengahadapi masalah yang lebih sulit lagi kedepannya dan tetap bersama sampai tiba pada waktunya kami siap untuk benar-benar mengikat hubungan ini untuk selamanya.
------------------
Well, itu tadi secuil kisah cinta gue dengan sang pujaan hati. Kalau dicerita tadi kelihatannya kami selalu dekat dan gak pernah berjauhan dalam arti yang sebenarnya, tapi begitu lulus bangku SMA kami memulai sebuah tantangan baru dalam hubungan kami. Sebuah hal yang sebelumnya gak pernah kami lalui. Yap, LDR a.k.a. Long Distance Relationship, hubungan jarak jauh.
Gak mudah memang pada awalnya, apalagi mengingat sebelumnya hampir tidak ada masalah bagi kami untuk sekedar bertemu setiap harinya. Ternyata banyak hal sulit yang harus kami hadapi selama LDR ini. Mulai dari masalah komunikasi sampai masalah kepercayaan. Tapi manusia memang dianugerahi kemampuan untuk menjadi lebih baik seiring dengan berlalunya masalah. Begitu juga dengan kami, seiring dengan berjalannya waktu, seiring dengan banyaknya masalah yang terselesaikan, lagi-lagi kami belajar untuk jadi lebih baik. Belajar untuk lebih saling mengerti, belajar untuk lebih percaya, dan belajar untuk lebih menghargai satu sama lain.
Gue percaya, Tuhan pasti punya maksud mulia dengan membuat gue dan Eyi terpisah jarak. Kami sudah cukup lama didekatkan, bahkan sebelum kami saling mengenal. Ingat saat ujian masuk bangku SMP? Peringkat kami bersebelahan, nama kami disandingkan. Saat tahun pertama di SMP, kelas kami juga bersebelahan. Bahkan tahun-tahun berikutnya kami disatukan di satu kelas. Saat masuk SMA, Tuhan bisa saja menjauhkan kami dengan meluluskan gue di SMAN (plus) 17, tapi lagi-lagi Dia ingin kami tetap bersama di SMAN 03. Saat kelas kami terpisah, hati kami digerakkan untuk bergabung di organisasi yang sama agar kami sering bertemu. Saat hubungan kami sempat berakhir, Tuhan satukan kami lagi dengan caraNya yang luar biasa yang membuat hubungan kami semakin kuat. Dan bahkan Tuhan memberikan kami kesempatan untuk bersama selama beberapa bulan dengan menggerakkan hati gue untuk melanjutkan kuliah di Jakarta, sebelum akhirnya Dia memutuskan untuk menjauhkan kami dengan menarik gue kembali ke kota Palembang.
Tuhan bisa saja menempatkan gue di Jakarta, dengan cara membuat hati gue untuk memilih lokasi tes USM di Jakarta daripada di Palembang. Namun lagi-lagi, Dia berkehendak lain. Tapi seperti yang gue bilang tadi, gue yakin ada rencanaNya yang menakjubkan di balik semua ini. Well, semua akan menjadi indah pada waktunya.
Fin